Minggu, 17 Oktober 2010

refraktometer

I. TUJUAN

· Mengetahui teknik penentuan indeks bias suatu senyawa.

· menentukan indeks bias senyawa murni/campuran.

II. TEORI DASAR

Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya yang melewati suatu media.

Panjang gelombang cahaya dan temperatur yang biasa digunakan sebagai standar adalah cahaya natrium (D) dan temperatur 200C. Oleh karena itu indeks bias yang diukur pada kondisi tersebut dinyatakan dengan simbol n = Alat yang digunakan untuk mengukur indeks bias adalah Refraktometer.

I. ALAT DAN BAHAN

Alat :

gelas kimia 100 ml 2 buah

batang pengaduk 1 buah

refraktometer 1 set

pipet tetes 1 buah

tissue/lap pembersih

Bahan :

aquades

aseton

kloroform

alkohol

II. CARA KERJA

· Siapkan sampel yang akan diperiksa ( aquades, aseton,kloroform )

· Buka prisma refraktometer, bersihkan dengan menggunakan tissue/kapas beralkohol, kemudian keringkan

· Sesudah kering, teteskan zat yang akan diperiksa sampai menutup semua permukaan prisma tersebut kemudian tutup

· Atur cahaya yang masuk apabila belum jelas, putar mikrometer hingga terlihat batas terang gelap. Atur kembali mikrometer sedemikian hingga garis batas terang gelap memotong titik perpotongan dua garis diagonal yang ada pada alat tersebut

· Selanjutnya baca angka/nilai yang tertera pada layar bagian bawah sebagai nilai indeks bias senyawa tersebut, dan catat pula suhu percobaan

· Untuk penentuan nilai indeks bias senyawa berikutnya, bersihkan kembali alat dengan kapas beralkohol dan biarkan hingga kering

· Pada saat meneteskan zat yang akan diperiksa, ujung pipet tidak boleh mengenai permukaan kaca prisma dan harus dilakukan di tempat yang kering dan bersih

III. HASIL PERCOBAAN

PERCOBAAN

INDEKS BIAS HASIL PERCOBAAN

INDEKS BIAS TEORITIS

Aquades

Aseton

Kloroform

Aquades

Aseton

Kloroform

1

1,3320

1,358165

1,398395

1,3320

1,36

1,487

2

1,3320

1,35917

1,42401

Suhu percobaan = 24,2 0C

IV. PERTANYAAN

· Carilah faktor koreksi suhu terhadap indeks bias dari hand book!

Indeks bias dipengaruhi oleh kerapatan, sudut kritis dan kecepatan cahaya

· Berapakah indeks bias aseton dan kloroform?

Indeks bias aseton = 1,36

Indeks bias kloroform = 1,487


I. PERHITUNGAN

PERCOBAAN 1

persen kesalahan aquades = X 100% = 0%

persen kesalahan aseton = X 100% = 0,135%

persen kesalahan kloroform = X 100% = 5,9%

PERCOBAAN 2

persen kesalahan aquades =X100% = 0%

persen kesalahan aseton = X100% = 0,06%

persen kesalahan kloroform = X100% = 4,2%

II. PEMBAHASAN

Pada percobaan pengukuran dilaboratorium ini dilakukan pengukuran indeks bias dari beberapa zat cair dengan menggunakan alat refraktometer Abbe. Prinsip kerja alat ini adalah didasarkan pada pengukuran sudut kritis yaitu sudut terkecil dari luas bidang dengan garis normal dalam medium yang indeks biasnya terbesar, dimana sinar dipantulkan seluruhnya. Pada percobaan ini zat cair yang akan diukur indeks biasnya adalah aseton, dan kloroform. Untuk masing – masing zat akan dilakukan dua kali pengulangan untuk memperkecil tingkat kesalahan sehingga bisa mendekati ketepatan.
Sebelum refraktometer dipakai, prisma pada refraktometer dibersihkan terlebih dahulu dengan tissue yang diberi alkohol agar permukaan prisma bebas dari debu atau pasir yang dapat menyebabkan kerusakan pada prisma. Untuk mengecek alat masih dalam keadaan baik dan layak pakai dilakukan kalibrasi alat dengan menggunakan Aquadest. Hasil pengukuran indeks bias terhadap aquadest adalah 1,3320. Berdasarkan literature diketahui bahwa indeks bias aquades pada suhu 30
°C adalah 1,3320. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketepatan dari alat refraktometer ini masih baik.
Setelah dilakukan percobaa
n diperoleh data sebagai berikut :
1. Indeks bias
percobaan 1 untuk aseton adalah 1,358165
2. Indeks bias
percobaan 2 untuk aseton adalah 1,35917
3. Indeks bias
percobaan 1 untuk kloroform adalah 1,398395
4. Indeks bias
percobaan 2 untuk kloroform adalah 1,42401

Dari data diatas dapat dilihat bahwa indeks bias semua cairan diatas lebih besar dari indeks bias cairan yaitu 1,3320. Indeks bias tertinggi dihasilkan oleh kloroform pada percobaan 2. Tiap cairan memiliki indeks bias yang berbeda, walaupun jenis cairannya sama dapat pula terjadi perbedaan indeks bias. Perbedaan hasil indeks bias yang pada berbagai macam zat cair dapat disebabkan karena sudut kritis yang dibentuk oleh zat – zat tersebut lebih besar dari sudut kritis yaitu sudut yang dibentuk oleh sinar datang dan sinar bias, yang dibentuk oleh aquadest, dimana semakin besar sudut kritis yang dibentuk maka semakin banyak sinar datang yang dipantulkan oleh cairan tersebut. Selain itu, perbedaan indeks bias pada zat cair tersebut dapat pula disebabkan oleh adanya perbedaan kerapatan, dimana semakin besar kerapatannya maka volumenya akan semakin kecil, sehingga indeks biasnya akan semakin kecil pula. Dapat pula disebabkan oleh perbandingan perbedaan kecepatan cahaya pada masing – masing cairan dengan kecepatan cahaya di dalam hampa udara. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa indeks bias pada cairan yang dipakai melebihi satu, hal ini menunjukkan bahwa kecepatan cahaya dari cairan di medium lebih kecil daripada kecepatan cahaya di ruang hampa.

Dari hasil perhitungan persentase kesalahan, indeks bias kloroform pada percobaan 1 memiliki tingkat kesalahan yang besar diantara zat lain, sebesar 5,9%, diikuti dengan kloroform percobaan 2 sebesar 4,2% dan kesalahan terkecil terjadi pada aseton percobaan 2 dengan presentase sebesar 0,06%. Presentase kesalahan indeks bias ini terjadi dikarenakan kurang bersihn dan keringya alat setelah sebelumnya dilakukan uji indeks bias dengan menggunakan aseton.

III. KESIMPULAN

· Indeks bias aquades secara teoritis 1,3320

· Indeks bias aseton secara teoritis 1,36

· Indeks bias kloroform secara teoritis 1,487

· Presentase kesalahan indeks bias pada aseton untuk percobaan 1 sebesar 0,135%

· Presentase kesalahan indeks bias pada aseton untuk percobaan 2 sebesar 0,06%

· Presentase kesalahan indeks bias pada kloroform untuk percobaan 1 sebesar 5,9%

· Presentase kesalahan indeks bias pada kloroform untuk percobaan 2 sebesar 4,2%

· Indeks bias dipengaruhi oleh kerapatan, sudut kritis dan kecepatan cahaya

IV. DAFTAR PUSTAKA

http://en.wikipedia.org/wiki/Abbe_refractometer

http://smpn9depok.files.wordpress.com/2008/10/pembiasan-cahaya.pdf
http://swastikayana.wordpress.com/2009/04/08/pembiasan-cahaya/
http://sleepingbeautyandprincephilips.blogspot.com/

http://duniakimia.com

Aziz,Isalmi & S. Hermanto.2010.pedoman praktikum kimia fisik 1.Jakarta: PLT UIN syarif hidayatullah Jakarta.

Selasa, 15 Juni 2010

pisahkan hidrogen dan oksigen dari air melalui elektrolisis

langkah 1 Elektrolisis Air - Sebuah Penjelasan
Bagian ini adalah penjelasan dari elektrolisis air, jangan ragu untuk melewatkan jika Anda tidak menemukan hal menarik (. 2H2O l) = 2H2 (g) + O2 (g) Seperti semua orang tahu sebuah molekul air terbentuk oleh dua unsur : dua ion hidrogen positif dan satu negatif ion Oksigen. Molekul air yang diselenggarakan bersama oleh daya tarik elektromagnetik antara ion. Ketika listrik ...
langkah 2 Material
Anda memasukkan listrik ke dalam air. It has the potential to be dangerous. Ini memiliki potensi untuk menjadi berbahaya. Melakukannya risiko Anda sendiri Jadilah pintar tentang hal itu. Jika Anda tidak akan menyentuh dengan tangan Anda tidak tetap dalam air. Jika Anda khawatir tentang hal itu mengenakan sarung tangan karet akan memberikan tambahan insulasi. Hidrogen sangat mudah terbakar dan explosi ...

langkah 3 Air dan Garam
Air saja bukanlah konduktor yang sangat baik. Anda perlu menambahkan beberapa jenis elektrolit. garam meja Regular tua berfungsi dengan baik.Tambahkan sebanyak akan larut ke dalam air, dan jangan khawatir tentang hal itu jika ada beberapa duduk di bawah, itu benar-benar tidak penting. Tuangkan garam ini / air larutan ke med Anda. dan juga mengisi gas Anda 1 atau 2 mengumpulkan kontainer

step 4 The Tricky Part Langkah 4 The Tricky Bagian
Ok, ini adalah bagian rumit. Anda harus mengumpulkan flip gas kontainer (s) terbalik di kedokteran. kontainer, sehingga tidak ada udara terjebak dalam wadah gas (s). Aku melakukannya dengan memegang ibu jari di atas lubang, dan flip itu sangat cepat. tidak Its kesepakatan besar jika udara terjebak, Anda hanya hidrogen tidak akan murni.

step 5 The Electrodes Langkah 5 The Elektroda
Sekarang mengambil dua elektroda terkemuka dari sumber daya Anda. hidrogen akan terbentuk pada elektroda positif, dan oksigen pada negatif. Jika Anda tidak tahu mana yang menyalakan listrik dan tongkat elektroda di dalam air. Yang lebih banyak dengan gelembung hidrogen.Sekarang tongkat elektroda bawah gas mengumpulkan kontainer. (Matikan daya I. ...

step 6 Thats it! langkah 6 Thats it!
Menyalakannya, dan menonton gelembung.Jumlah waktu yang dibutuhkan tergantung pada seberapa kuat sumber daya Anda. Kuat itu, lebih cepat itu gelembung. Tambang memerlukan waktu sekitar 5 menit untuk sebuah tabung uji. Elektrode yang menimbulkan korosi jika Anda tidak memiliki grafit, kotor yang cantik, tetapi saya tidak berpikir yang berbahaya. (Jangan kutipan saya) Berikut adalah video itu gelembung:

step 7 Further Ideas Langkah 7 Selanjutnya Ideas
Ketika Anda mengumpulkan gas kontainer penuh, coba pencahayaan itu. hidrogen akan memberikan * POP * sangat memuaskan, dan oksigen tidak akan melakukan apa pun:. Berikut adalah Video (maaf karena tidak mengenakan kemeja = 0) Catatan: Untuk ledakan lebih besar dan lebih baik, meletakkan kedua elektroda ke dalam gas mengumpulkan kontainer.Hidrogen kebutuhan oksigen untuk membakar, dan rasio 2:1 merupakan ra terbaik ...

Senin, 14 Juni 2010

membersihkan peralatan laboratorium

Kebersihan peralatan laboratorium, baik yang berupa peralatan gelas atau non gelas seperti bejana polyethylene, polypropylene dan teflon, merupakan bagian yang sangat mendasar dalam kegiatan laboratorium dan merupakan elemen penting dalam program jaminan mutu.

Perhatian kepada kebersihan barang-barang tersebut harus ditingkatkan dan harus proporsional dengan tingkat kepentingan pengujian, akurasi pengukuran yang diperlukan dan menurunnya konsentrasi analit yang akan ditentukan.

Setiap laboratorium harus menetapkan prosedur yang memadai untuk membersihkan peralatan gelas dan non gelas yang digunakan dalam berbagai macam pengujian. Apabila metodologi pengujian tertentu mensyaratkan prosedur membersihkan secara spesifik, maka prosedur tersebut harus diikuti.

Cara Membersihkan Peralatan Laboratorium Secara Umum

Proses membersihkan harus dilakukan segera setelah peralatan digunakan. Membuang bahan berbahaya dan pembersihan bahan korosif sebelum peralatan tersebut dibersihkan. Peralatan cuci manual atau otomatis harus menggunakan deterjen yang sesuai dengan kegunaannya.

Residu organik memerlukan perlakuan dengan larutan pembersih asam kromat. Peralatan harus dikeringkan dan disimpan dalam kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya kontaminasi oleh debu atau bahan lain.

Cara Membersihkan Timbangan

Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang harus dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan timbangan secara keseluruhan timbangan harus 392 dimatikan, kemudian piringan (pan) timbangan dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan pembersih seperti deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali dengan menggunakan anak timbangan.

Cara Membersihkan dan Merawat Penangas Air (Water Bath) Thermostat

Perawatan secara reguler oleh Jasa Layanan pelanggan tidak diperlukan. Pembersihan yang dibutuhkan pada perawatan (seperti membersihkan sudu-sudu / baling-baling roda yang berputar) dilakukan oleh Operator laboratorium sesuai dengan petunjuk pabrik.

Media pemanas dan Alat

Media pemanas (misal air) harus dapat diganti dalam kasus bila terlihat adanya kontaminasi ( seperti partikel-partikel, kontaminasi dari reagen). Permukaan alat harus dibersihkan dengan menggunakan pembersih (sabun/ deterjen yang biasa digunakan). Kontaminasi lebih kuat ( adanya deposit kapur), dapat dihilangkan dengan pembersih yang khusus/cocok (misal asam asetat encer).

penetapan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C

Metode : Titrasi Iodimetri

Dasar : Vitamin C dalam tablet dapat di tetapkan dengan titrasi iodometri , menggunakan
indicator kanji.

Pereaksi : – Lrutan iodium 0,1 N
& alat - Indikator kanji
- Erlenmeyer 250 ml
- Buret

Reaksi :

vit. C

Cara kerja :

Ditimbang contoh 1/5 x bobot estándar ,ke dalam erlenmeyer 250 ml
Dilarutkan contoh dengan 40 ml air , lalu ditambahkan beberapa tetes indikator kanji.
Di titrasi dengan larutan iodium 0,1 N hingga berwarna biru.
1 ml iodium 0,1 N setara denagan 8,806 mg vitamin C
Perhitungan :
V x N x 8,806
Kadar vitamin C = x 100 %
100 x 0,1

` Keteranagan :
V = Volume penitar
N = Normalitas iodium
100 = 1/5 kandungan vitamin C dalam 1 tablet ( 500 mg)

netralisasi pada pengolahan limbah

Sebagian besar limbah cair dari industri mengandung bahan bahan yang bersifat asam (Acidic) ataupun Basa (alkaline) yang perlu dinetralkan sebelum dibuang kebadan air maupun sebelum limbah masuk pada proses pengolahan, baik pengolahan secara biologic maupun secara kimiawi, proses netralisasi tersebut bisa dilakukan sebelum atau sesudah proses equalisasi.

Untuk mengoptimalkan pertumbuhan microorganisme pada pengolahan secara biologi, pH perlu dijaga pada kondisi antara pH 6,5 – 8,5, karena sebagian besar microb aktif atau hidup pada kondisi pH tersebut. Proses koagulasi dan flokulasi juga akan lebih efisien dan efektif jika dilakukan pada kondisi pH netral.

gb742

Netralisasi adalah penambahan Basa (alkali) pada limbah yang bersifat asam (pH 7).Pemilihan bahan/reagen untuk proses netralisasi banyak ditentukan oleh harga/biaya dan praktis-nya, Bahan (reagen) yang biasa digunakan tersebut adalah :
Asam : -Sulfuric acid ( H2SO4 )
-Hydrochloric acid ( HCI )
-Carbon dioxide ( CCG2 )
-Sulfur dioxide
-Nitric acid
Basa : -Caustic soda (NaOH) Ammonia
-Soda Ash (Na2CO3) Limestone (CaCO3)

pembuatan gas hidrogen

A. Cara Industri B. Cara Laboratorium
1. Elektrolisis air yang sedikit diasamkan2H2O (l) 2H2 (g) + O2 (g)
1. Logam (golongan IA/IIA) + air

2K(s) + 2H2O(l) → 2KOH (aq) + H2 (g)

Ca (s) + 2H2O (l) Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)
2. 3Fe(pijar) + 4H2O Fe3O42(g) (s) + 4H
2. Logam dengan Eok o > O + asam kuat encer

Zn (s) + 2HCl (aq) ZnCl2 (aq) + H2 (g)

Mg (s) + 2 HCl (aq) MgCl2 (aq) + H2(g)
3. 2C(pijar) + 2H2O (g) 2H2 (g) + 2CO (g)
3. Logam amfoter + basa kuat

Zn (s) + NaOH(aq) Na2ZnO2 (aq) + H2(g)

2Al (s) + 6NaOH (aq) 2Na3AlO3 (aq) + 3H2(g)

hubungan tingkat keasaman dengan pH

Bila Anda perhatikan, nilai pH merupakan eksponen negatif dari konsentrasi ion hidronium. Sebagai contoh, larutan basa kuat dengan konsentrasi ion hidronium 10-11 M mempunyai pH 11. Larutan asam kuat dengan pH 1 mempunyai konsentrasi ion hidronium 10-1 M. Hal ini dikarenakan asam/basa kuat terionisasi sempurna, maka konsentrasi ion H+ setara dengan konsentrasi asamnya.
37
Berdasarkan uraian di atas, karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka kedua besaran itu berbanding terbalik, artinya makin besar konsentrasi ion H+ (makin asam larutan) maka makin kecil nilai pH, dan sebaliknya. Selanjutnya, karena dasar logaritma adalah 10 maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n dan mempunyai perbedaan konsentrasi ion H+ sebesar 10n. Bila pH berkurang, konsentrasi ion hidronium akan meningkat, dan konsentrasi ion hidroksida berkurang. Pada setiap unit penurunan pH sama dengan peningkatan faktor 10 untuk konsentrasi ion hidronium.

Sebagai contoh, larutan dengan pH 4 dan larutan dengan pH 3 keduanya bersifat asam, karena mempunyai pH kurang dari 7. Larutan dengan pH 3 mempunyai konsentrasi H3O+ 10 kali lebih besar
dari pada larutan dengan pH 4, sehingga perubahan kecil dalam pH dapat membuat perubahan besar dalam konsentrasi ion hidronium. Bila pH meningkat di atas 7, konsentrasi ion hidroksida akan meningkat, dan konsentrasi ion hidronium akan berkurang. Dalam larutan netral, konsentrasi ion hidroksida dan ion hidronium adalah sama.

macam-macam konsentrasi

Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam setiap satuan larutan atau pelarut. Pada umumnya konsentrasi dinyatakan dalam satuan fisik, misalnya satuan berat atau satuan volume dan satuan kimia, misalnya mol, massa rumus, dan ekivalen.

1. Persen Konsentrasi

Dalam bidang kimia sering digunakan persen untuk menyatakan konsentrasi larutan. Persen konsentrasi dapat dinyatakan dengan persen berat (% W/W) dan persen volume (% V/V)
Persen berat (% W/W)
38
Contoh Soal 5

a. Dalam 100 gram larutan terlarut 20 gram zat A. Berapa persen
berat zat A
b. Berapa persen volume zat B, bila dalam 50 mL larutan terlarut 10
mL zat B.

Penyelesaian
39

2. Parts Per Million (ppm) dan Parts Per Billion (ppb)

Bila larutan sangat encer digunakan satuan konsentrasi parts per million, ppm (bagian persejuta), dan parts per billion, ppb (bagian per milliar). Satu ppm ekivalen dengan 1 mg zat terlarut dalam 1 L larutan. Satu ppb ekivalen dengan 1 ug zat terlarut per 1 L larutan.
40
Parts per million (ppm) dan parts per billion (ppb) adalah satuan yang mirip persen berat. Bila persen berat, gram zat terlarut per 100 g larutan, maka ppm gram terlarut per sejuta gram larutan, dan ppb zat terlarut per milliar gram larutan.
41

3. Fraksi Mol

Fraksi mol (x) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen. Jika suatu larutan mengandung zat A, dan B dengan jumlah mol masing-masing nA dan nB, maka fraksi mol masing-masing komponen adalah:
42

4. Molaritas (M)

Molaritas atau konsentrasi molar (M) suatu larutan menyatakan jumlah mol spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol dam 1 mL larutan.
43
44

radiasi nuklir ternyata lebih ramah dari pada radiasi alami

Jika kita berasumsi secara bebas dengan sebuah pertanyaan; jumlah korban mana yang paling banyak diantara jumlah orang yang meninggal karena radiasi nuklir dengan orang yang meninggal karena merokok?. Seandainya anda pakar kesehatan, tentu anda akan menjawab secara meyakinkan bahwa orang yang meninggal karena merokok, lebih banyak jumlahnya. Dan itu fakta. Tetapi dikarenakan media-media informasi seperti TV, surat kabar, ataupun internet, lebih banyak menyuguhkan negatifnya nuklir, sehingga sering mempengaruhi opini publik.

Anda bayangkan saja, jika anda disuguhkan suatu berita tentang peristiwa Hiroshima dan Nagasaki ataupun peristiwa Tragedi Chernobyl yang merengut nyawa ribuan orang sekaligus. Tentu anda akan menyatakan nuklir sangat berbahaya dan berasumsi jumlah korban nukilr lebih banyak karena korbannya secara massal. Hal ini jauh berbeda dengan korban merokok, tentu kita tidak pernah mendengar adanya korban massal akibat keracunan asap rokok. Yang ada korban akibat merokok berjatuhan disekitar kita, yang terkadang tidak kita sadari. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperkirakan 4,9 juta orang meninggal dunia tiap tahunnya. Umumnya vonis akhir secara kesehatan bagi korban merokok ini adalah karena mengidap penyakit kanker.

Deskripsi diatas adalah salah satu contoh bahwa radiasi alam lebih berbahaya dari radiasi nuklir? kok bisa? Sebenarnya tanpa disadari oleh para perokok, bahwa selama mereka merokok, mereka telah terpapar radiasi salah satu gas radioaktif alam yaitu gas radon yang terdapat dalam daun tembakau. Radioaktif alam ini berasal dari pupuk fospat (P) yang dipupukkan pada daun tembakau sehingga gas radon terakumulasi di dalam tembakau. Sehingga perokok akan mudah terkena kanker paru-paru karena radiasi dari gas radon tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru.

Secara umum gas radon ini lebih banyak terserap oleh para penambang bahan galian, karena pekerja tambang secara langsung menghirup gas radon secara berlebihan. Menurut perkiraan resiko kematian akibat gas radon mencapai 0,005%. Di Amerika Serikat misalnya dari sekitar 200 juta penduduknya diperkirakan ada 10-20 ribu orang meninggal karena menghirup gas radon.

Di Indonesia sendiri diketahui beberapa bahan bangunan seperti asbes dan gypsum yang banyak digunakan sebagai atap, semen, dan lain sebagainya mengandung bahan radioaktif. Di Swedia yang beriklim dingin sehingga rumah-rumah dibuat dari tembok yang tebal dengan ventilasi yang sedikit. Karena itu penumpukkan gas radon dalam rumah menjadi berlebih sehingga ada beberapa rumah yang mengandung unsur radiokatif alam seperti U238, Th232, dan K40 di atas batas kewajaran. Kadar gas radon dalam rumah tersebut mencapai 260 Bq/m3 udara, padahal kadar wajar di udara adalah 10 Bq/m3.

Selain radiasi gas radon, beberapa radiasi alam yang lain adalah radiasi kosmik dan sinar UV dari lampu neon. Bila dibandingkan dengan radiasi alam ini, bahaya radiasi nuklir jauh lebih kecil dari radiasi alam yang secara wajar kita terima. Hal ini dikarenakan intensitas kita terpapar oleh radiasi alam hampir setiap hari sedangkan radiasi nuklir hanya terjadi apabila terjadi kebocoran reaktor. Tetapi dengan kemajuan teknologi kemungkinan kebocoran itu sangat kecil karena telah dibuatnya keselamatan reaktor yang berlipat-lipat. Selain itu pula, radiasi nuklir buatan diuntungkan dengan waktu paruh dari sumber radiasi yang singkat, diantaranya Ce137, Co60, Xe, dan I131. Radiasi buatan ini mempunyai waktu paruh yang pendek dan zat radiokatif ini dapat dinyatakan habis jika telah 10 kali waktu paruhnya. Semisal waktu paruh dari I131 adalah 8 hari, jadi apabila terjadi kebocoran reaktor, maka reaksi yodium ini akan habis dalam waktu 80 hari.

Efek Radiasi

Efek radiasi secara umum bagi tubuh manusia dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu:

  1. Efek Stokastik

    Efek stokastik yaitu efek radiasi yang kemunculannya pada individu tidak bisa dipastikan dengan faktor 10-5 (dari 100.000 orang diperkirakan yang terkena hanya 1 orang). Efek dari radiasi ini dikatakan stokastik jika radiasi yang terserap oleh tubuh dalam dosis rendah yaitu 0,25-1.000 mSv. Misalnya saja pada alat diagnosa gondok, penerimaan radiasi rendah ini diperbolehkan bukan hanya karena aman namun justru menguntungkan.

  2. Efek Deterministik

    Efek deterministik yaitu efek radiasi yang pasti muncul bila jaringan tubuh terkena paparan radiasi pengionan. Efek determiristik dapat terjadi bila dosis radiasi yang diterima telah lebih dari ambang batas seharusnya yaitu dibawah 3.000 mSv. Bila radiasi yang diterima diantara 3.000-6.000 mSv maka akan menyebabkan kulit memerah atau kerontokan rambut. 6.000-12.000 mSv akan menyebabkan perasaan mual, nafsu makan berkurang, lesu, lemah, demam, keringat yang berlebihan hingga menyebabkan shock yang beberapa saat akan timbul keluhan yang lebih parah yaitu nyeri perut, rambut rontok, bahkan kematian.

    Tetapi kemungkinan efek deterministik ini sangat kecil mengenai kita, dikarenakan berdasarkan survei lembaga penelitian yang menangani nuklir, radiasi nuklir hanya sebesar 0.08 mSv.

Untuk pekerja di reaktor nuklir untuk menangai efek radiasi ini agar tidak sampai ke tubuh individu, terdapat tiga dasar proteksi radiasi (keselamatan radiasi). Yaitu pengaturan waktu kerja dengan radiasi, pengaturan jarak dengan sumber radiasi, dan penggunaan bahan pelindung radiasi. Semakin pendek waktu yang digunakan untuk berada di medan radiasi, semakin jauh dari radiasi dan semakin tebal bahan pelindung, akan memperkecil dosis radiasi yang diterima.

Penutup

Dari penjelasan di atas, dapatlah kita ketahui bahwa nuklir bukanlah momok yang mengerikan bagi kita. Berbagai hal yang kita takutkan ternyata tidak seseram yang dibayangkan. Bahkan dapat dikatakan bahwa teknologi nuklir adalah teknologi ramah lingkungan dan berbagai manfaat dapat kita peroleh dari nuklir ini. Di sini pemerintah dan masyarakat harus mencoba untuk memahami nuklir secara lebih lagi. Karena boleh jadi, perbedaan persepsi dan pertentangan opini tentang pengembangan nuklir di Indonesia, yang selama ini terjadi, boleh jadi dikarenakan karena kita tidak tahu dan terlalu trauma dengan tragedi nuklir masa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

  • Akhadi, Muklis, 1997. Pengantar Teknologi Nuklir. PT. Rineka Cipta, Jakarta
  • Batan Bandung. Pustek Nuklir Bahan dan Radiometri. (www.batan-bdg.go.id)
  • Batan Serpong. Nuklir, Radiasi dan Pengendaliannya. (serpong6.batan.go.id)
  • Laporan Analisis Keselamatan (LAK) Reaktor G. A Siwabessy
  • Hendriyanto Hadithjayono. 2005. Keselamatan Reaktor Riset Baru dan Yang Telah Ada Dalam Kaitan Dengan Peristiwa Eksternal. Dokumen IAEA Safety Report Series No. 41. Pusat Pendidikan dan Pelatihan BATAN
  • Liya Nurhayati. 2004. Nuklir, Inti Atom Tanpa Kulit. Artikel pada Majalah Natural Edisi IX/Tahun V/Maret 2004. FMIPA Universitas Lampung. Bandar Lampung
  • M. Nur. 2007. Reaktor Nuklir, Dari Riset Hingga Bom Atom. Situs Surat Kabar Pikiran Rakyat
  • Rohadi Awaludin. 2004. Mengelas Molekul Menggunakan Radiasi Nuklir. Kompas 21 April 2004 (www.fisikanet.lipi.go.id)
  • Sinly Evan Putra. 2006. Nuklir. Situs Web Kimia Indonesia
  • Sinly Evan Putra. 2005. Rokok, Laboratorium Reaksi Kimia Berbahaya. Situs Web Kimia Indonesia